Sejarah di Balik Nama dan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta

Melia Santika
3 min readJun 24, 2022

--

Gambar Monumen Nasional (MONAS) dan wilayah sekitarnya. Sumber: nationsonline.org

Dua hari lalu, pada 22 Juni 2022, Jakarta berulang tahun yang ke-495 tahun. Sebagai ibukota negara, Jakarta disebut sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki kedudukan setingkat provinsi. Jakarta yang memiliki luas sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²) dengan jumlah penduduk 10.609.681 (2021) menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat perekonomian Indonesia.

Sebelum bernama Jakarta seperti sekarang, kota metropolitan ini memiliki sejarah panjang mengenai penyebutan namanya. Selain itu, penetapan tanggal ulang tahun Jakarta pun lekat dengan sejarah di dalamnya. Seperti apa kiranya sumber atau sejarawan berpendapat mengenai penamaan kota Jakarta dan penetapan hari ulang tahunnya?. Mari kita kupas secara padat dan jelas.

Mengutip dari historia.id, Suma Oriental karya Tome Pires yang memuat mengenai loporan perjalanan Tome Pires dari tahun 1512–1515 menyebutkan bahwa Sunda Calapa merupakan nama pertama Jakarta. Dokumen Tome Pires ini merupakan sumber dokumen tertua yang banyak menjadi acuan bagi para sejarawan dalam menilik masa lalu.

Selanjutnya, dalam disertasi Husein Djajadiningrat yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten, yang dipertahankan di Universitas Leiden pada 1913, menyatakan bahwa nama Sunda Calapa diganti dengan nama Jayakarta yang berarti Volbrachtezege (kemenangan yang selesai). Nama ini diberikan oleh Fatahillah, sosok yang merebut wilayah Sunda Calapa dari Kerajaan Padjadjaran pada 1527.

Sumber lain menyebutkan, yakni Decadas da Asia karya Joao de Barros, bahwa nama Ja(ya)karta (tertulis Xacatara) pertama kalinya disebut dalam dokumen tertulis yang berasal dari sekitar tahun 1553. Kemudian, sejarawan bernama Slamet Muljana juga berpendapat bahwa nama Jayakarta itu diambil dari nama Adipati yang ketiga, yakni Jayawikarta.

Pada 1621, saat di mana VOC menduduki Jayakarta, nama Jayakarta kemudian diubah menjadi Batavia. Artikel historia.id yang mengutip antologi Ketoprak Betawi tertulis, bahwa sebelum bernama Batavia, Jakarta disebut dengan nama Sunda Calapa (sampai tahun 1527) dan Ja(ya)karta (1527–1619). Nama Batavia sendiri tercipta ketika armada Jenderal J.P. Coen menyerang pasukan Kesultanan Banten dan Jayakarta berhasil ditaklukan VOC.

Menyoal hari ulang tahun Jakarta yang jatuh setiap tanggal 22 Juni, tanggal tersebut merupakan tanggal yang diyakini sebagai hari di mana Fatahillah berhasil menguasai wilayah Sunda Calapa dari Kerajaan Padjadjaran. Tahun yang dihitung pun persis dengan tahun penguasaan tersebut, yakni pada 1527, sehingga perhitungan untuk tahun ini (2022) Jakarta berulang tahun yang ke-495 tahun.

Pada masa kolonial dan juga pendudukan Jepang, belum pernah ada perayaan hari ulang tahun bagi kota Jakarta, yang ada hanya perayaan hari jadi Kota Batavia yang diperingati setiap akhir bulan Mei. Mengutip website Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kota Administrasi Jakarta Pusat , Sudiro yang merupakan Wali Kota Jakarta yang menjabat pada periode 1953–1958 berpikir bahwa perlu adanya peringatan hari ulang tahun Jakarta yang berbeda dengan perayaan hari jadi Kota Batavia.

Pada saat itu, Sudiro mengumpulkan para sejarawan seperti Mohamad Yamin dan Sukanto, serta wartawan senior bernama Sudarjo Tjokrosiswoyo. Mereka bertugas untuk meneliti hari di mana Fatahillah menaklukan Sunda Calapa dan kemudian mendirikan Jayakarta.

Kesepakatan bulat muncul dengan pendapat bahwa diyakini tahun yang paling dekat adalah 1527 dan 22 Juni adalah hari di mana Fatahillah mendirikan Jayakarta. Kemudian naskah pendapat tersebut diserahkan kepada Dewan Perwakilan kota untuk dibahas.

Pada 22 Juni 1956, Sudiro mengajukan usulan hari jadi kota Jakarta tersebut secara resmi pada sidang pleno dan memperoleh kesepakatan untuk diterima dengan suara bulat. Sejak saat itu pula, setiap tanggal 22 Juni perayaan hari ulang tahun kota Jakarta secara resmi dirayakan. Setiap 22 Juni diadakan pula sidang DPRD Kota Jakarta secara rutin sebagai tradisi peringatan hari berdirinya Kota Jakarta.

Daftra Sumber:

--

--

Melia Santika

Learning more, prejudice less. Digital and Data enthusiast. Writing what’s on the day related to its history or the actual happening on that day.